Tukang Becak
Seorang tukang becak bernama Kardiman 45 th. Tukang becak di pasar Kleco Solo, merupakan warga Boyolali yang menetap di Solo. Mempunyai seorang istri dan 2 orang anak. Dia adalah anak ke 2 dari 5 bersaudara, Orang tuanya meninggal dunia ketika ia berusia 23 th. Pak Giman hanya merupakan lulusan sekolah menengah pertama ( SMP ), dia putus sekolah karena keadaan ekonomi orang tuanya yang berasal dari kalangan keluarga ekonomi menengah ke bawah. Kakaknya yang pertama telah meninggal karena penyakit kanker dan ketiga adiknya telah bekerja masing-masing sebagai buruh angkut, pedagang ikan, dan penjahit.
Pendapatnya mengenai pekerjaannya, dia melakukan pekerjaan ini karena keadaan, dan dia pun menyadari latar belakang pendidikannya yang kurang mendukung untuk mencari lapangan pekerjaan yang lebih baik lagi. Karena desakan kebutuhan ekonomi keluarga yang semakin sulit dan biaya untuk sekolah kedua anaknya yang masih duduk di bangku SMA dan SMP semakin berat, dia melakukan pekerjaan ini dengan ikhlas demi keluarganya.
Saat ditanya mengenai cita-citanya, dia mengatakan bahwa dulu ia mempunyai cita-cita untuk menjadi pengusaha ternak ayam, karena dulu ia sempat mempunyai cukup banyak ayam untuk diternakkan. Lagi-lagi karena desakan ekonomi yang semakin sulit, ia terpaksa menjual ayam-ayamnya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan membiayai anak-anaknya yang waktu itu akan mendaftar ke SMA dan SMP, karena itu dia beralih profesi seperti sekarang ini. Untuk sekarang ini dia hanya berharap untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik agar bisa menopang kebutuhan hidupnya dan seperti harapan orang tua pada umumnya, dia bisa menyekolahkan kedua anaknya hingga perguruan tinggi dan mendapatkan pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik daripada kedua orang tuanya.
Minggu, 29 November 2009
Selasa, 24 November 2009
Senin, 23 November 2009
Seorang Petani
Seorang petani bernama Giman berusia 50 th warga Soropadan Solo. Tinggi sekitar 163 cm, dengan tubuh kekar berotot, berkulit hitam,dan selalu menggunakan caping setiap ia pergi ke sawah. Dia merupakan warga asli Solo, mempunyai seorang istri dan 4 orang anak. Dia berangkat ke sawah pukul 05.00 pagi dengan mengendarai sepeda “onthel” nya bersama istrinya yang juga seorang buruh tani.
Peralatan yang selalu di bawa Pak Giman setiap pergi ke sawah adalah sebuah cangkul dan arit, pakaian yang selalu ia kenakan ketika pergi ke sawah adalah kaos dan celana pendek selutut. Ia memang tidak mempunyai lahan persawahan sendiri, ia hanya menggarap lahan persawahan milik orang lain bersama para petani lain di lahan tersebut. Di antara para petani lainnya Pak Giman di kenal sebagai pribadi yang jujur dan tekun dalam bekerja.
Seorang petani bernama Giman berusia 50 th warga Soropadan Solo. Tinggi sekitar 163 cm, dengan tubuh kekar berotot, berkulit hitam,dan selalu menggunakan caping setiap ia pergi ke sawah. Dia merupakan warga asli Solo, mempunyai seorang istri dan 4 orang anak. Dia berangkat ke sawah pukul 05.00 pagi dengan mengendarai sepeda “onthel” nya bersama istrinya yang juga seorang buruh tani.
Peralatan yang selalu di bawa Pak Giman setiap pergi ke sawah adalah sebuah cangkul dan arit, pakaian yang selalu ia kenakan ketika pergi ke sawah adalah kaos dan celana pendek selutut. Ia memang tidak mempunyai lahan persawahan sendiri, ia hanya menggarap lahan persawahan milik orang lain bersama para petani lain di lahan tersebut. Di antara para petani lainnya Pak Giman di kenal sebagai pribadi yang jujur dan tekun dalam bekerja.
Seorang PKL
Seorang PKL pedagang buah segar bernama Suparno 55 th tinggal di daerah Karangasem, Solo. Tinggi 165cm dan berat badan sekitar 80 kg, dengan badan yang agak tambun, berkumis tipis, dan topi khasnya. Dia merupakan warga asli Solo, mempunyai seorang istri dan 3 orang anak. Dia membuka lapaknya dipasar Kleco Solo pukul 04.00 pagi dengan mengendarai sepeda motor dan membawa beronjong yang berisi barang dagangannya, berupa mangga, pepaya, jeruk, dan semangka.
Peralatan yang selalu ia bawa ke pasar adalah sebuah timbangan dan pisau besar. Pak Suparno selalu menjual buah yang segar dan selalu mengganti barang dagangannya setiap 3 hari sekali. Dia selalu ramah dalam melayani setiap pelanggannya dan kadang memberikan diskon bagi pelanggan tetapnya. Di kalangan para PKL lainnya dia di kenal baik dan mudah bergaul dengan pedagang lainnya.
Seorang PKL pedagang buah segar bernama Suparno 55 th tinggal di daerah Karangasem, Solo. Tinggi 165cm dan berat badan sekitar 80 kg, dengan badan yang agak tambun, berkumis tipis, dan topi khasnya. Dia merupakan warga asli Solo, mempunyai seorang istri dan 3 orang anak. Dia membuka lapaknya dipasar Kleco Solo pukul 04.00 pagi dengan mengendarai sepeda motor dan membawa beronjong yang berisi barang dagangannya, berupa mangga, pepaya, jeruk, dan semangka.
Peralatan yang selalu ia bawa ke pasar adalah sebuah timbangan dan pisau besar. Pak Suparno selalu menjual buah yang segar dan selalu mengganti barang dagangannya setiap 3 hari sekali. Dia selalu ramah dalam melayani setiap pelanggannya dan kadang memberikan diskon bagi pelanggan tetapnya. Di kalangan para PKL lainnya dia di kenal baik dan mudah bergaul dengan pedagang lainnya.
Langganan:
Postingan (Atom)